Rabu, 27 Maret 2013

AKU PERCAYA

Ibu, bapak yang setia mengikuti perubahan di Blog PAY St. Yosep, perlu kami informasikan bahwa setiap pertemuan yang dilaksanakan setiap Jumat ke 2 dan ke 4 senantiasa di dahului dengan renungan singkat dan sejak awal Januari tahun ini di isi dengan mengamati lebih dalam tentang "AKU PERCAYA" yang setiap misa di hari Minggu selalu kita ucapkan. Pengupasan satu demi satu disampaikan oleh Romo Ignatius Wignyosumarto MSF, melalui media ini kami ingin berbagi bagi semua pencinta blog ini. Selamat menyimak terima kash:

Pertemuan pada awal Januari 2013:

ULASAN MENGENAI SYAHADAT /CREDO / AKU PERCAYA

Bersama : Romo Ignatius Wignyosumarta MSF

Pertemuan Pertama

AKU PERCAYA AKAN ALLAH BAPA


1.       Pengantar.
Syahadat Para Rasul awalnya memakai istilah “Symbolum Apostolicum” atau Pengakuan iman para Rasul, karena memang diyakini sebagai iman para Rasul. Kesaksian Origines (+/- 254) “Orang harus tahu, bahwa para Rasul suci, ketika mereka mewartakan imannya akan Kristus telah mewariskan kepada semua orang beriman pernyataan-pernyataan yang sangat jelas tentang beberapa hal yang harus dipandang perlu untuk dipegang ……………. pertama : Bahwa satu Allah yang menciptakan ………. Kemudian, bahwa Yesus Kristus yang memang telah datang ……. Yang lahir dari Bapa sebelum segala sesuatu ada……… dst.” Kemudian Sirilus dari Yerusalem (+/- 86) mengatakan : “Peganglah dan ikutilah iman yang diwariskan oleh Gereja kepadamu, yakni iman yang didukung oleh Kitab Suci…”
Menurut Hipolitus th 215 syahadat para Rasul ini berasal dari pengakuan iman baptisan yang bersifat dialogis, sehingga rumusannya bukan ‘kami’ percya, tetapi ‘aku’ percaya, karena secara pribadi orang yang dibaptis percaya akan iman Gereja.

2.       Pengalamam Allah dalam agama-agama lain.
Gereja Katolik tidak memandang dirinya sebagai satu-satunya kelompok beriman yang memonopoli keselamatan. Dengan jujur Gereja mengakui dan menghormati bahwa dalam agama lain juga terdapat kebenaran yang berasal dari Allah (LG16).
-          Dalam agama Hindu Allah dipandang sebagai yang Ilahi, yang Mutlak, Nyata, Terang dan Abadi. Mariasusai Dhavamony merumuskan: “Yang ilahi adalah yang nyata dari yang nyata, pemantau dari dalam, jati diri yang paling dalam, yang meliputi dan meresapi segala sesuatu, pemirsa yang tak kelihatan, pendengar yang tak terdengarkan, pemikir yang tak terpikirkan, lain dari dunia ini tetapi mengontrol dari dalam. Pendeknya yang ilahi sekaligus merupakan yang kekal maupun sumber segala sesuatu yang datang dan pergi.
-          Dalam agama Budha, pengalaman akan Allah unik. Karena Sang Budha tak pernah membicarakan bahwa Allah mewahyukan diri kepadanya. Tapi Sang Budha juga tak pernah menolak Allah/dewa-dewa. Yang pasti ia mengajarkansuatu pembebasan dari penderitaan dunia ini dengan apa yang disebut pencerahan. Bebas dari kematian dan penderitaan, dalam damai dan keadaan kesadaran yang disebut nirvana.
-          Dalam agama Islam: ditekankan rasa ketergantungan dan penyerahan kepada Allah, Tuhan yang mahakuasa, maha perkasa dan maha esa. Islam mengakui hanya ada satu Allah dan tidak ada yang lain (tauhid). Allah yang esa itu telah mewahyukan sabda dan kehendakNya melalui para nabi, termasuk Musa dan Yesus (Isa Almasih), dan yang terakhirkalinya kepada nabi Muhamad s.a.w. Tuhan dalam Islam dihayati sebagai Allah yang hidup, berdaulat. Pencipta langit dan bumi. Ia menghakimi manusia dan menghendaki manusia bertaqwa pada-Nya dan hukum-Nya, sebagaimana diwahyukan dalam Al Quran. Ia juga maha belas kasih dan pengampun. Manusia harus takut dan hormat kepada Allah, mentaati segala perintah-hukumNya untuk memperoleh pahala yang kekal di surga.

3.       Pengalaman akan Allah dari umat Perjanjian Lama (PL)
-          Pengalam Israel akan Allah dalam PL merupakan pengalaman yang amat kaya yang berkembang dan berpangkal dari berbagai tradisi yang berbeda-beda dan mandiri.  Seperti misalnya ada tradisi yang mengalami Allah sebagai Allah perjanjian (Sinai, Hak 5:4, Ul 33:2), Allah sebagai pembebas/Tuhan pahlawan perang (kel.15), tradisi umat sedenter (menetap) yang bertani: mengalami Allah sebagai pelindung, penjamin tanah dan kelangsungan hidup. Ide dasar pangalaman iman umat PL akan Allah adalah Allah Israel yang bernama YHWH, Yahwe.
-          Kisah semak duri yang bernyala: meskipun nama Yahwe sudah dipakai sejak Kej. 2:4b, namun sebenarnya baru dieahyukan untuk pertama kalinya kepada Musa dalam kaitannya dengan exodus dari Mesir. Memang Allah telah menyatakan diriNya kepada: Abraham, Iskhak dan Yakub, namun Ia belum menyatakan namanya kepada mereka (Kel. 6:2). Baru kepada Musa, Allah menyatakan nama YAHWE, ketika Musa menggembalakan kambing domba di gunung Horeb (Kel.3:1-4:17). FirmanNya “Aku adalahAku”
-          Dari misteri kedekatan Allah dalam kisah semak duri yang menyala ini dapat kita lihat tiga hal berikut ini
·    Yahwe adalah Allah yang membebaskan (Kel. 6:5)
·    Yang mencintai umatNya (Hos 2:18, Hos 11)
·     Adanya personalitas dan kepribadian Allah
       Dalam seluruh sejarah perwahyuan, baik PL dan PB Allah menyatakan bukan hanya perintah, sabda dan kehendakNya melainkan terutama DIRINYA sendiri

4.       Pengalaman umat PL sebagai dasar pengalaman umat PB
-          Iman kristiani memiliki dasar utamanya dalam diri Yesus Kristus, yang menghayati relasiNya dengan Allah dalam konteks religius Yahudi dalam PL. Seluruh hidup dan pewartaan Yesus merupakan kesaksian bahwa Allah adalah Bapa yang penuh belas kasihan. Ia datang ke dunia tidak untuk menghukum, melainkan untuk menyelamatkan (Lk 15 bdk Mat 9:13, Mk. 2:17; Lk 5:32).
-     Allah adalah  Bapa Yesus Kristus dan  Bapa kita. Disini kepercayaan  kita dihubungkan dengan pemahaman dan pengalaman Yesus yang khusus akan Allah. Sebutan Allah sebagai Bapa bukanlah suatu yang baru dalam tradisi PL (2 Sam 7:14; 1 Taw 17:13; Yes 63:16; Yer 3:4). Kini Yesus menyebut Allah sebagai Bapa, maka kata “Aba, Bapa” ini mendapat makna khusus dan khas. Yang membedakan dengan tradisi PL ialah Yesus melihat misteri hidup dan perutusanNya selalu dalam relasiNya dengan Bap. Seluruh sabda, karya dan sikap hingga kematian Yesus dikaitkan dengan BapaNya. (Mt 11:25-27).
-       Doa Bapa Kami  (Mt 6:9-13)  merupakan kunci untuk  memahami Yesus. Yesus mewartakan Allah, yang kita boleh memanggilnya Bapa. Mala kita dapat menyebut Allah sebagai Bapa, karena Allah itu Bapa Tuhan kita Yesus Kristus (bdk Ef 1:3) dan Roh Kudus yang telah dicurahkan kd dalam hati kita (Rm 5:5; 2 Kor 1:22)

5.       Maka dalam syahadat dirumuskan:
“Aku percaya akan Allah Bapa”
Yesus mewahyukan Allah adalah BapaNya, karena Dia sejak kekal melahirkan dalam DiriNya, PutraNya, yaitu SabdaNya, “Cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah” (Ibr 1:3).
Dengan Bapa sebagai sebutan untuk Allah, Allah bukan hanya kita sapa Bapa, tetapi sungguh menjadi Bapa jemaat Kristen, karena kita telah diangkat menjadi anak-anak Allah berkat pencurahan Roh Kudus yang membuat kita ambil bagian dalam keputraan Yesus Kristus. Allah adalah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus dan sekaligus Bapa kita semua (bdk Rm 1:7, 1 Kor 1:3 dst; Yoh 20:17). Pewahyuan Allah sebagai Bapa ini menawarkan hubungan timbal balik antara Allah dan manusia. Allah itu Bapa yang dekat dengan manusia anak-anak ciptaanNya, tetapi Ia tetap mahakuasa (bagiNya tidak ada yang mustahil) Ia menjadi penyelenggara dan pengatur segalanya, termasuk hidup kita. Siapakah Allah Bapa dengan pridikat Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, secara utuh dan lengkap akan menjadi bahan pendalaman dalam pertemuan berikutnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar