Ibu, bapak yang setia mengikuti perubahan di Blog PAY St. Yosep, perlu kami informasikan bahwa setiap pertemuan yang dilaksanakan setiap Jumat ke 2 dan ke 4 senantiasa di dahului dengan renungan singkat dan sejak awal Januari tahun ini di isi dengan mengamati lebih dalam tentang "AKU PERCAYA" yang setiap misa di hari Minggu selalu kita ucapkan. Pengupasan satu demi satu disampaikan oleh Romo Ignatius Wignyosumarto MSF, melalui media ini kami ingin berbagi bagi semua pencinta blog ini. Selamat menyimak terima kash:
Pertemuan pada awal Januari 2013:
ULASAN MENGENAI SYAHADAT /CREDO / AKU PERCAYA
Bersama : Romo
Ignatius Wignyosumarta MSF
Pertemuan Pertama
AKU PERCAYA AKAN ALLAH BAPA
1.
Pengantar.
Syahadat
Para Rasul awalnya memakai istilah “Symbolum Apostolicum” atau Pengakuan iman
para Rasul, karena memang diyakini sebagai iman para Rasul. Kesaksian Origines
(+/- 254) “Orang harus tahu, bahwa para Rasul suci, ketika mereka mewartakan
imannya akan Kristus telah mewariskan kepada semua orang beriman
pernyataan-pernyataan yang sangat jelas tentang beberapa hal yang harus
dipandang perlu untuk dipegang ……………. pertama : Bahwa satu Allah yang
menciptakan ………. Kemudian, bahwa Yesus Kristus yang memang telah datang …….
Yang lahir dari Bapa sebelum segala sesuatu ada……… dst.” Kemudian Sirilus dari
Yerusalem (+/- 86) mengatakan : “Peganglah dan ikutilah iman yang diwariskan
oleh Gereja kepadamu, yakni iman yang didukung oleh Kitab Suci…”
Menurut
Hipolitus th 215 syahadat para Rasul ini berasal dari pengakuan iman baptisan
yang bersifat dialogis, sehingga rumusannya bukan ‘kami’ percya, tetapi ‘aku’
percaya, karena secara pribadi orang yang dibaptis percaya akan iman Gereja.
2.
Pengalamam
Allah dalam agama-agama lain.
Gereja
Katolik tidak memandang dirinya sebagai satu-satunya kelompok beriman yang
memonopoli keselamatan. Dengan jujur Gereja mengakui dan menghormati bahwa
dalam agama lain juga terdapat kebenaran yang berasal dari Allah (LG16).
-
Dalam agama Hindu
Allah dipandang sebagai yang Ilahi, yang Mutlak, Nyata, Terang dan Abadi.
Mariasusai Dhavamony merumuskan: “Yang ilahi adalah yang nyata dari yang nyata,
pemantau dari dalam, jati diri yang paling dalam, yang meliputi dan meresapi
segala sesuatu, pemirsa yang tak kelihatan, pendengar yang tak terdengarkan,
pemikir yang tak terpikirkan, lain dari dunia ini tetapi mengontrol dari dalam.
Pendeknya yang ilahi sekaligus merupakan yang kekal maupun sumber segala
sesuatu yang datang dan pergi.
-
Dalam agama Budha,
pengalaman akan Allah unik. Karena Sang Budha tak pernah membicarakan bahwa
Allah mewahyukan diri kepadanya. Tapi Sang Budha juga tak pernah menolak Allah/dewa-dewa.
Yang pasti ia mengajarkansuatu pembebasan dari penderitaan dunia ini dengan apa
yang disebut pencerahan. Bebas dari kematian dan penderitaan, dalam damai dan
keadaan kesadaran yang disebut nirvana.
-
Dalam agama Islam:
ditekankan rasa ketergantungan dan penyerahan kepada Allah, Tuhan yang
mahakuasa, maha perkasa dan maha esa. Islam mengakui hanya ada satu Allah dan
tidak ada yang lain (tauhid). Allah yang esa itu telah mewahyukan sabda dan
kehendakNya melalui para nabi, termasuk Musa dan Yesus (Isa Almasih), dan yang
terakhirkalinya kepada nabi Muhamad s.a.w. Tuhan dalam Islam dihayati sebagai
Allah yang hidup, berdaulat. Pencipta langit dan bumi. Ia menghakimi manusia
dan menghendaki manusia bertaqwa pada-Nya dan hukum-Nya, sebagaimana diwahyukan
dalam Al Quran. Ia juga maha belas kasih dan pengampun. Manusia harus takut dan
hormat kepada Allah, mentaati segala perintah-hukumNya untuk memperoleh pahala
yang kekal di surga.
3.
Pengalaman
akan Allah dari umat Perjanjian Lama (PL)
-
Pengalam Israel akan Allah dalam PL merupakan
pengalaman yang amat kaya yang berkembang dan berpangkal dari berbagai tradisi
yang berbeda-beda dan mandiri. Seperti
misalnya ada tradisi yang mengalami Allah sebagai Allah perjanjian (Sinai, Hak
5:4, Ul 33:2), Allah sebagai pembebas/Tuhan pahlawan perang (kel.15), tradisi
umat sedenter (menetap) yang bertani: mengalami Allah sebagai pelindung,
penjamin tanah dan kelangsungan hidup. Ide dasar pangalaman iman umat PL akan
Allah adalah Allah Israel yang bernama YHWH, Yahwe.
-
Kisah semak duri yang bernyala: meskipun nama
Yahwe sudah dipakai sejak Kej. 2:4b, namun sebenarnya baru dieahyukan untuk
pertama kalinya kepada Musa dalam kaitannya dengan exodus dari Mesir. Memang
Allah telah menyatakan diriNya kepada: Abraham, Iskhak dan Yakub, namun Ia
belum menyatakan namanya kepada mereka (Kel. 6:2). Baru kepada Musa, Allah
menyatakan nama YAHWE, ketika Musa menggembalakan kambing domba di gunung Horeb
(Kel.3:1-4:17). FirmanNya “Aku adalahAku”
-
Dari misteri kedekatan Allah dalam kisah semak
duri yang menyala ini dapat kita lihat tiga hal berikut ini
· Yahwe adalah Allah yang membebaskan (Kel. 6:5)
·
Yang mencintai umatNya (Hos 2:18, Hos 11)
· Adanya personalitas dan kepribadian Allah
Dalam seluruh sejarah perwahyuan, baik
PL dan PB Allah menyatakan bukan hanya perintah, sabda dan kehendakNya
melainkan terutama DIRINYA sendiri
4.
Pengalaman
umat PL sebagai dasar pengalaman umat PB
-
Iman kristiani memiliki dasar utamanya dalam
diri Yesus Kristus, yang menghayati relasiNya dengan Allah dalam konteks
religius Yahudi dalam PL. Seluruh hidup dan pewartaan Yesus merupakan kesaksian
bahwa Allah adalah Bapa yang penuh belas kasihan. Ia
datang ke dunia tidak untuk menghukum, melainkan untuk menyelamatkan (Lk 15 bdk
Mat 9:13, Mk. 2:17; Lk 5:32).
- Allah
adalah Bapa Yesus Kristus dan Bapa kita. Disini kepercayaan kita
dihubungkan dengan pemahaman dan pengalaman Yesus yang khusus akan Allah.
Sebutan Allah sebagai Bapa bukanlah
suatu yang baru dalam tradisi PL (2 Sam 7:14; 1 Taw 17:13; Yes 63:16; Yer 3:4).
Kini Yesus menyebut Allah sebagai Bapa,
maka kata “Aba, Bapa” ini mendapat
makna khusus dan khas. Yang membedakan dengan tradisi PL ialah Yesus melihat
misteri hidup dan perutusanNya selalu dalam relasiNya dengan Bap. Seluruh
sabda, karya dan sikap hingga kematian Yesus dikaitkan dengan BapaNya. (Mt
11:25-27).
-
Doa Bapa
Kami (Mt 6:9-13) merupakan kunci untuk memahami Yesus. Yesus mewartakan
Allah, yang kita boleh memanggilnya Bapa. Mala kita dapat menyebut Allah
sebagai Bapa, karena Allah itu Bapa Tuhan kita Yesus Kristus (bdk Ef 1:3) dan
Roh Kudus yang telah dicurahkan kd dalam hati kita (Rm 5:5; 2 Kor 1:22)
5.
Maka
dalam syahadat dirumuskan:
“Aku percaya
akan Allah Bapa”
Yesus
mewahyukan Allah adalah BapaNya, karena Dia sejak kekal melahirkan dalam
DiriNya, PutraNya, yaitu SabdaNya, “Cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud
Allah” (Ibr 1:3).
Dengan Bapa
sebagai sebutan untuk Allah, Allah bukan hanya kita sapa Bapa, tetapi sungguh
menjadi Bapa jemaat Kristen, karena kita telah diangkat menjadi anak-anak Allah
berkat pencurahan Roh Kudus yang membuat kita ambil bagian dalam keputraan
Yesus Kristus. Allah adalah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus dan sekaligus Bapa
kita semua (bdk Rm 1:7, 1 Kor 1:3 dst; Yoh 20:17). Pewahyuan Allah sebagai Bapa
ini menawarkan hubungan timbal balik antara Allah dan manusia. Allah itu Bapa
yang dekat dengan manusia anak-anak ciptaanNya, tetapi Ia tetap mahakuasa (bagiNya tidak ada yang
mustahil) Ia menjadi penyelenggara dan pengatur segalanya, termasuk hidup kita.
Siapakah Allah Bapa dengan pridikat Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi,
secara utuh dan lengkap akan menjadi bahan pendalaman dalam pertemuan
berikutnya.