Kamis, 27 Maret 2014

PERINGATAN ULTAH KE 2

Hari ini Rabu tanggal 19 Maret 2014, kalender gereja memperingati pesta nama Santo Yosep, suami dari Bunda Maria. Sehubungan dengan Paguyuban Adi Yuswo (PAY) yang berada di Paroki St. Paulus Sendangguwo Semarang menggunakan nama Pelindung St. Yosep, maka pada hari ini sebagian besar anggota dan simpatisannya berkumpul di bangsal paroki untuk bersyukur yang dikemas dalam Misa Kudus yang dipimpin oleh Romo Ignatius Wignyo Sumarta MSF.
Paguyuban ini didirikan 2 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 19 Maret 2012, dengan usianya yang masih sangat muda memang belum banyak dapat dirasakan manfaatnya oleh banyak orang terutama kaum lansia, memang paguyuban ini dibentuk untuk mewadahi kaum lansia yang merasa sepi dan juga membosankan dengan kesehariannya.
Penerimaan Tubuh Kristus ( Komuni )
Misa Syukur atas ulang tahun ke 2 Paguyuban Adi Yuswo Santo Yosep ini dimulai pk. 10.00 pagi, dalam homili romo menyampaikan bahwa Santo Yosep adalah contoh orang yang setia dan tulus, pada waktu dia tahu bahwa tunangannya Maria yang belum resmi menjadi isterinya ternyata mengandung. Maka dengan ketulusan agar tidak mencemarkan nama Maria, maka dia diam-diam akan meninggalkan Maria. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan  menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka.” (Mat 1: 20-21 ) Karena ketaatan serta setia kepada Tuhan maka Yosep tidak jadi meninggalkan Maria.
Romo menggambarkan juga bagaimana pengorbanan yang begitu luar biasa dalam mendampingi Maria dalam masa hamilnya mulai dari memenuhi perintah Kaisar Agustus untuk mendaftarkan semua orang diseluruh dunia (Sensus penduduk), maka pergilah Yosep bersama Maria dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud, supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.( Luk.2 :4-5) Tidak ada sepeda motor atau bis untuk pergi ke kota Daud, namun dengan setia dilakukan dengan berjalan kaki. Ketika mereka sampai kota tujuan, di situ tiba waktunya bagi Maria untuk bersalin. Dan pernahkah bapak/ibu bayangkan betapa susah dan repotnya di tempat asing harus menghadapi hal semacam ini. Rumah penginapan semua menolak agar Maria dapat melahirkan ditempat yang lebih baik. Tidak ada pertolongan yang datang kepadanya, semua ditangani oleh Yosep seorang.  Romo mengajak kita juga dapat meneladan pada Santo Yosep yang dengan tulus dan setia dalam segala keadaan. Walaupun kita sudah lansia jangan muda patah semangat dalam menghadapi hidup.
Masih dalam homili romo, apakah bapak/ibu tahu apa yang namanya rayap ? Rayap adalah binatang yang sangat kecil ukuran tubuhnya kurang lebih 3 mm, namun mampu membuat rumahnya setinggi 3 m atau dapat dikatakan 1.000x dari ukuran tubuhnya. Hendaknya paguyuban ini dapat meniru cara hidup rayap ini. Jangan dilihat dari luar koloni rayap yang dianggap sebagai perusak. Namun kalau kita mencontoh cara hidup rayap yang mampu membangun rumahnya 1.000x dari ukuran tubuhnya, mereka bekerja tanpa mengenal lelah dan tak pernah iri, merasa curiga kepada temannya, tidak ada yang bertengkar, tidak ada yang bekerja santai-santai, merokok dulu, bermalasan, mereka terus bergerak saling tolong menolong, bahu membahu. 

Romo Ign Wingyo MSF didampingi Bp. FX Adiarto

Setelah Misa berakhir di teruskan dengan sedikit sambutan dari Koordinator, penasehat dan sharing dari beberapa anggota, dari salah seorang anggota (tertua dalam usia ) menyatakan bahwa dia sangat beruntung bisa selalu mengikuti kegiatan ini yang sungguh sangat bermanfaat, setiap pertemuan yang diikuti selalu ada hal-hal baru yang didapat. Sampai-sampai dia selalu mengajak/ mengharap teman-temannya untuk dapat mengikuti kegiatan ini. Bahkan dia selalu menantikan agar pertemuan beriktunya segera tiba, dia tidak sabar menunggu terlalu lama untuk pertemuan berikutnya.


Seorang anggota sedang sharing
Acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Happy Birthday dan juga tidak lupa tiup api lilin angka 2 dan juga potong kue ULTAH serta juga ada potong tumpeng, pokoknya ramai dan meriah.
Romo sedang memotong Roti Ultah ke 2
Acara diakhir dengan makan siang bersama dengan menu nasi gudangan, sambel trancam dan lain-lain tak ketinggalan mie goreng dengan harapan umur panjang.

Peserta bersantap siang bersama

Hidangan tersedia melimpah
Pada kesempatan ini izinkanlah panitia mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh donator yang telah ikut membantu guna menyemarakan acara ini.

Selasa, 18 Februari 2014

GERAKAN & BAHASA TUBUH DALAM LITURGI



Dalam Pertemuan awal tahun 2014 yang dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2014, di bahas masalah dengan judul   “Melalui Liturgi Kristus melanjutkan karya keselamatan-Nya”

Melalui media ini kami ingin berbagi apa yang kami peroleh dalam pertemuan tersebut kepada pencinta blog PAY St. Yosep.
Walaupun kita sudah bergabung dengan gereja katolik cukup lama bahkan sudahpun kita ikut dibaptis secara katolik yang berarti kita sudah belajar banyak mengenai tata cara dalam beribadah, namun tidak dipungkiri hal-hal yang kecil dan cukup penting tidak menjadi perhatian kita semua. Juga ada yang telah dibaptis sejak bayi, tetapi waktu akan menerima sakramen Ekaristi yang pertama (Komuni pertama) pasti melalui proses pembelajaran mengenal seluk beluk cara beribadah yang benar.
Maka pada kesempatan yang baik telah dibahas dalam pertemuan tersebut mengenai macam-macam Gerakan dan Bahasa Badan dalam Liturgi:
1.   Berjalan. Merupakan gerakan manusia yang amat elementer. Namun berjalan dalam liturgi tidak asal berjalan, tetapi berjalan dengan ritmis dan teratur, dengan badan tegak dan kepala tegak, tenang dan agung sebagai ungkapan manusia yang bertabat dan berwibawa. ( Ini khususnya berlaku bagi Imam dan petugas-petugas lainnya yang mengikuti perarakan bersama imam menuju ke altar ).
2.  Berdiri. Simbol liturgi yang mengungkapkan  perhatian, kepedulian, penghormatan dan kesiap-sediaan terhadap kehadiran Tuhan. Itu dilakukan misalnya untuk menghormati ketika para petugas liturgi masuk menuju altar, mendengarkan Injil, mendoakan Syahadat, Bapa Kami dan juga para petugas liturgi meninggalkan altar. Berdiri tidak juga asal berdiri melainkan harus berdiri dengan sikap tegap, hormat, tidak bersandar, tidak melipat tangan.
3.     Duduk. Dipandang sebagai sikap tenang melambangkan kesiap-sediaan untuk mendengarkan sabda Tuhan.
4.    Berlutut dan membungkuk. Melambangkan sikap merendahkan diri dihadapan Tuhan dalam menghormati, dan mengungkapkan rasa tobat yang mendalam. Yang dimaksud berlutut di sini adalah dengan kedua lutut berada pada alasnya. Berlutut dengan satu lutut sebelum kita menuju ketempat duduk, biasanya kita berlutut di samping bangku yang akan kita tempati, banyak orang melakukan hanya asal lutut menekuk sedikit, hal ini adalah hal yang salah maka bagi yang melakukan hal tersebut mulai sekarang bisa melakukan dengan benar, yaitu lutut yang kita tekuk harus benar-benar menyentuh ke lantai.
5.   Meniarap (Prostratio ). Merupakan ungkapan penghormatan dan perendahan diri yang paling intensif, dilakukan pada tahbisan, kaul kekal dan pada awal liturgi juma’at suci. Ini dilakukan khusus bagi calon imam dan imam dan tidak dilakukan oleh seluruh umat.
6.     Tangan terkatup, terangkat dan terentang. Itu melambangkan perjumpaan antara Allah dan manusia, sikap hormat, permohonan dan penyerahan diri kepada Allah. Biasa dilakukan oleh pemimpin liturgi. Jadi pada waktu doa Bapa kami di dalam Misa umat merentangkan tangan merupakan sikap yang kurang benar, diharapkan sikap umat tetap dengan tangan terkatup seperti pada waktu berbaris menyambut komuni.
7.     Penumpangan Tangan. Ungkapan permohonan dan pencurahan Roh Kudus dan berkat dari pemimpin liturgi.
8.   Tanda Salib dan Berkat. Dilakukan untuk mengenang baptisannya menjadi milik Kristus. Dan berkat untuk menunjuk pelimpahan kuasa dan daya Allah yang menyelamatkan kepada umat dan benda. Berapa kali umat harus membuat tanda salib selama misa berlangsung?  3 (tiga) kali yaitu 1. Pada awal misa akan di mulai. 2. Saat Injil akan di bacakan dengan membuat tanda Salib di dahi, mulut dan dada dan 3. Pada berkat di akhir misa. Selain itu tidak di haruskan, alasannya setiap doa-doa yang kita ucapkan di dalam misa berlangsung telah di tandai dengan tanda salib pada awal misa akan di mulai dan nanti di tutup bersama berkat penutup.
9.    Menepuk dada. Merupakan ungkapan penyesalan diri dan pengakuan bahwa dirinya bersalah dan berdosa, sebagai pengakuan ketidak pantasan kita dihadapan Tuhan. Menepuk dada selama misa berlangsung hanya dilakukan pada saat Tobat saja, dan dikesempatan yang lain tidak merupakan keharusan seperti di saat Anak Domba Allah dan saat doa Ya Tuhan saya tak pantas Tuhan datang pada saya tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh’.
10. Ciuman. Menunjukkan sikap penghormatan dan ikatan persaudarran yang erat dan akrab. Kini sering diganti dengan berpelukan atau jabatan tangan sesuai dengan budaya dan zaman jemaat yang bersangkutan.
11.  Pembasuhan tangan atau kaki. Ungkapan permohonan kita, agar Allah mau mengampuni dosa-dosa kita dan membersihkan kesalahan kita.

Catatan yang perlu di perhatikan:
1.       Hosti yang kita sambut hendaknya jangan dikunyah, melainkan di telan saja setelah lembek bercampur air liur. Kalau dikunyak dikawatirkan akan menempel digigi dan tidak tertelan.
2.       Pada saat Misdinar mendupai umat, diharapkan umat berdiri sebagai tanda hormat.

Informasi ini di sampaikan oleh Romo Ignatius Wignyo Sumarto MSF

Rabu, 27 Maret 2013

AKU PERCAYA

Ibu, bapak yang setia mengikuti perubahan di Blog PAY St. Yosep, perlu kami informasikan bahwa setiap pertemuan yang dilaksanakan setiap Jumat ke 2 dan ke 4 senantiasa di dahului dengan renungan singkat dan sejak awal Januari tahun ini di isi dengan mengamati lebih dalam tentang "AKU PERCAYA" yang setiap misa di hari Minggu selalu kita ucapkan. Pengupasan satu demi satu disampaikan oleh Romo Ignatius Wignyosumarto MSF, melalui media ini kami ingin berbagi bagi semua pencinta blog ini. Selamat menyimak terima kash:

Pertemuan pada awal Januari 2013:

ULASAN MENGENAI SYAHADAT /CREDO / AKU PERCAYA

Bersama : Romo Ignatius Wignyosumarta MSF

Pertemuan Pertama

AKU PERCAYA AKAN ALLAH BAPA


1.       Pengantar.
Syahadat Para Rasul awalnya memakai istilah “Symbolum Apostolicum” atau Pengakuan iman para Rasul, karena memang diyakini sebagai iman para Rasul. Kesaksian Origines (+/- 254) “Orang harus tahu, bahwa para Rasul suci, ketika mereka mewartakan imannya akan Kristus telah mewariskan kepada semua orang beriman pernyataan-pernyataan yang sangat jelas tentang beberapa hal yang harus dipandang perlu untuk dipegang ……………. pertama : Bahwa satu Allah yang menciptakan ………. Kemudian, bahwa Yesus Kristus yang memang telah datang ……. Yang lahir dari Bapa sebelum segala sesuatu ada……… dst.” Kemudian Sirilus dari Yerusalem (+/- 86) mengatakan : “Peganglah dan ikutilah iman yang diwariskan oleh Gereja kepadamu, yakni iman yang didukung oleh Kitab Suci…”
Menurut Hipolitus th 215 syahadat para Rasul ini berasal dari pengakuan iman baptisan yang bersifat dialogis, sehingga rumusannya bukan ‘kami’ percya, tetapi ‘aku’ percaya, karena secara pribadi orang yang dibaptis percaya akan iman Gereja.

2.       Pengalamam Allah dalam agama-agama lain.
Gereja Katolik tidak memandang dirinya sebagai satu-satunya kelompok beriman yang memonopoli keselamatan. Dengan jujur Gereja mengakui dan menghormati bahwa dalam agama lain juga terdapat kebenaran yang berasal dari Allah (LG16).
-          Dalam agama Hindu Allah dipandang sebagai yang Ilahi, yang Mutlak, Nyata, Terang dan Abadi. Mariasusai Dhavamony merumuskan: “Yang ilahi adalah yang nyata dari yang nyata, pemantau dari dalam, jati diri yang paling dalam, yang meliputi dan meresapi segala sesuatu, pemirsa yang tak kelihatan, pendengar yang tak terdengarkan, pemikir yang tak terpikirkan, lain dari dunia ini tetapi mengontrol dari dalam. Pendeknya yang ilahi sekaligus merupakan yang kekal maupun sumber segala sesuatu yang datang dan pergi.
-          Dalam agama Budha, pengalaman akan Allah unik. Karena Sang Budha tak pernah membicarakan bahwa Allah mewahyukan diri kepadanya. Tapi Sang Budha juga tak pernah menolak Allah/dewa-dewa. Yang pasti ia mengajarkansuatu pembebasan dari penderitaan dunia ini dengan apa yang disebut pencerahan. Bebas dari kematian dan penderitaan, dalam damai dan keadaan kesadaran yang disebut nirvana.
-          Dalam agama Islam: ditekankan rasa ketergantungan dan penyerahan kepada Allah, Tuhan yang mahakuasa, maha perkasa dan maha esa. Islam mengakui hanya ada satu Allah dan tidak ada yang lain (tauhid). Allah yang esa itu telah mewahyukan sabda dan kehendakNya melalui para nabi, termasuk Musa dan Yesus (Isa Almasih), dan yang terakhirkalinya kepada nabi Muhamad s.a.w. Tuhan dalam Islam dihayati sebagai Allah yang hidup, berdaulat. Pencipta langit dan bumi. Ia menghakimi manusia dan menghendaki manusia bertaqwa pada-Nya dan hukum-Nya, sebagaimana diwahyukan dalam Al Quran. Ia juga maha belas kasih dan pengampun. Manusia harus takut dan hormat kepada Allah, mentaati segala perintah-hukumNya untuk memperoleh pahala yang kekal di surga.

3.       Pengalaman akan Allah dari umat Perjanjian Lama (PL)
-          Pengalam Israel akan Allah dalam PL merupakan pengalaman yang amat kaya yang berkembang dan berpangkal dari berbagai tradisi yang berbeda-beda dan mandiri.  Seperti misalnya ada tradisi yang mengalami Allah sebagai Allah perjanjian (Sinai, Hak 5:4, Ul 33:2), Allah sebagai pembebas/Tuhan pahlawan perang (kel.15), tradisi umat sedenter (menetap) yang bertani: mengalami Allah sebagai pelindung, penjamin tanah dan kelangsungan hidup. Ide dasar pangalaman iman umat PL akan Allah adalah Allah Israel yang bernama YHWH, Yahwe.
-          Kisah semak duri yang bernyala: meskipun nama Yahwe sudah dipakai sejak Kej. 2:4b, namun sebenarnya baru dieahyukan untuk pertama kalinya kepada Musa dalam kaitannya dengan exodus dari Mesir. Memang Allah telah menyatakan diriNya kepada: Abraham, Iskhak dan Yakub, namun Ia belum menyatakan namanya kepada mereka (Kel. 6:2). Baru kepada Musa, Allah menyatakan nama YAHWE, ketika Musa menggembalakan kambing domba di gunung Horeb (Kel.3:1-4:17). FirmanNya “Aku adalahAku”
-          Dari misteri kedekatan Allah dalam kisah semak duri yang menyala ini dapat kita lihat tiga hal berikut ini
·    Yahwe adalah Allah yang membebaskan (Kel. 6:5)
·    Yang mencintai umatNya (Hos 2:18, Hos 11)
·     Adanya personalitas dan kepribadian Allah
       Dalam seluruh sejarah perwahyuan, baik PL dan PB Allah menyatakan bukan hanya perintah, sabda dan kehendakNya melainkan terutama DIRINYA sendiri

4.       Pengalaman umat PL sebagai dasar pengalaman umat PB
-          Iman kristiani memiliki dasar utamanya dalam diri Yesus Kristus, yang menghayati relasiNya dengan Allah dalam konteks religius Yahudi dalam PL. Seluruh hidup dan pewartaan Yesus merupakan kesaksian bahwa Allah adalah Bapa yang penuh belas kasihan. Ia datang ke dunia tidak untuk menghukum, melainkan untuk menyelamatkan (Lk 15 bdk Mat 9:13, Mk. 2:17; Lk 5:32).
-     Allah adalah  Bapa Yesus Kristus dan  Bapa kita. Disini kepercayaan  kita dihubungkan dengan pemahaman dan pengalaman Yesus yang khusus akan Allah. Sebutan Allah sebagai Bapa bukanlah suatu yang baru dalam tradisi PL (2 Sam 7:14; 1 Taw 17:13; Yes 63:16; Yer 3:4). Kini Yesus menyebut Allah sebagai Bapa, maka kata “Aba, Bapa” ini mendapat makna khusus dan khas. Yang membedakan dengan tradisi PL ialah Yesus melihat misteri hidup dan perutusanNya selalu dalam relasiNya dengan Bap. Seluruh sabda, karya dan sikap hingga kematian Yesus dikaitkan dengan BapaNya. (Mt 11:25-27).
-       Doa Bapa Kami  (Mt 6:9-13)  merupakan kunci untuk  memahami Yesus. Yesus mewartakan Allah, yang kita boleh memanggilnya Bapa. Mala kita dapat menyebut Allah sebagai Bapa, karena Allah itu Bapa Tuhan kita Yesus Kristus (bdk Ef 1:3) dan Roh Kudus yang telah dicurahkan kd dalam hati kita (Rm 5:5; 2 Kor 1:22)

5.       Maka dalam syahadat dirumuskan:
“Aku percaya akan Allah Bapa”
Yesus mewahyukan Allah adalah BapaNya, karena Dia sejak kekal melahirkan dalam DiriNya, PutraNya, yaitu SabdaNya, “Cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah” (Ibr 1:3).
Dengan Bapa sebagai sebutan untuk Allah, Allah bukan hanya kita sapa Bapa, tetapi sungguh menjadi Bapa jemaat Kristen, karena kita telah diangkat menjadi anak-anak Allah berkat pencurahan Roh Kudus yang membuat kita ambil bagian dalam keputraan Yesus Kristus. Allah adalah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus dan sekaligus Bapa kita semua (bdk Rm 1:7, 1 Kor 1:3 dst; Yoh 20:17). Pewahyuan Allah sebagai Bapa ini menawarkan hubungan timbal balik antara Allah dan manusia. Allah itu Bapa yang dekat dengan manusia anak-anak ciptaanNya, tetapi Ia tetap mahakuasa (bagiNya tidak ada yang mustahil) Ia menjadi penyelenggara dan pengatur segalanya, termasuk hidup kita. Siapakah Allah Bapa dengan pridikat Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, secara utuh dan lengkap akan menjadi bahan pendalaman dalam pertemuan berikutnya.



Jumat, 22 Maret 2013

SYUKUR ATAS ULTAH KE I



ULANG TAHUN YANG PERTAMA


Hari Selasa tanggal 19 Maret 2013 adalah hari jadi Santo Yosep, dimana pada hari itu juga Paguyuban Adi Yuswo Santo Yosep Paroki Santo Paulus genap satu tahun sejak diresmikan, maka pantaslah kami bersyukur yang kami wujudkan dalam bentuk Misa syukur.
Dalam Nyanyian Pembuka
Misa itu sendiri dipimpin oleh Romo Ignatius Wignyo Sumarto MSF yang sekaligus sebagai romo pendamping paguyuban ini. Misa di- selenggarakan pada siang hari dimulai pukul 10.00 pagi.
Misa dipimpin oleh Rm Wignyo Sumarto MSF
Kegiatan ini dihadiri oleh kurang lebih 60 – 75 umat yang rata-rata lansia. Misa diawali dengan nyanyian “Santo Yosep yang menjaga” koornya juga dari PAY St. Yosep, ya cukup indah mengingat latihannya baru beberapa kali. Misa berakhir kurang lebih pk. 11.30 di lanjutkan sambutan singkat dari ketua Paguyuban kemudian dilanjutkan sharing serta kesaksian singkat dari anggota PAY, maklum yang datang di acara ini tidak hanya anggota yang telah terdaftar melainkan banyak peserta umat Paroki Santo Paulus yang telah masuk dalam usia lanjut.
Inilah hidangan yang ikut lomba
Yang ini juga ingin menang
Disetiap kegiatan pasti ada yang kurang atau terlupakan namun diantara kekurangan ada yang istimewa. Memang sewaktu persiapan jauh-jauh hari ada anggota yang usul agar dalam rangka ulang tahun yang pertama ini tidak hanya diadakan Misa syukur saja namun dapat diisi dengan lomba-lomba dan yang pada saat Hari Ulang Tahun dapat disampaikan hadiahnya sebagai pemenang lomba. Namun akhirnya diputuskan pada Pesta nanti para anggota diharapkan dapat membawa makanan sendiri-sendiri dan nanti dimakan bersama, guna acara menjadi seru setiap makanan yang disajikan hendaknya dihias agar sedap dipandang dan tentu enak rasanya dan itulah lombanya “Menghias makanan”.
Roti Ulang tahun PAY St. Yosep
Benar juga pada hari yang ditentukan meja pingpong yang digelar diserambi aula penuh dengan aneka makanan/masakan yang siap kita nikmati bersama. Kami sampaikan terima kasih bagi seluruh anggota PAY St. Yosep yang telah berperan serta untuk memeriahkan hari ulang tahun yang pertama. Roti tart  dari “ VIRGIN “  Roti & Bakery tak kalah seru dalam memeriahkan HUT St. Yosep ini. Terima kasih Bp/Ibu Teja yang telah ikut berpartisipasi.
Rm Wignyo sedang memberikan hadiah pada Pemengan I
Dari hasil penjurian yang di-juri-i oleh romo Widi dan seorang suster lomba makanan ini memunculkan 3 (tiga) orang pemenang yang semuanya dimenangkan oleh para ibu, entah dimana bapak-bapaknya apakah ada yang ikut lomba menghias masakan ini? Atau mungkin bapak-bapaknya hanya ikut berpartisipasi menyenangkan hati ibu-ibu dengan siap menyantapnya.
                Kegiatan ini berakhir pada pk.12.30 dan semua meninggalkan tempat ini dengan rasa senang dan puas setelah mendapat santapan Rohani dan jasmani
Demikian ulasan Kegiatan Hari Ulang Tahun Pertama PAY St. Yosep Parokis Santo Paulus Sendangguwo, semoga bermanfaat dan Tuhan memberkati