Selasa, 18 Februari 2014

GERAKAN & BAHASA TUBUH DALAM LITURGI



Dalam Pertemuan awal tahun 2014 yang dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2014, di bahas masalah dengan judul   “Melalui Liturgi Kristus melanjutkan karya keselamatan-Nya”

Melalui media ini kami ingin berbagi apa yang kami peroleh dalam pertemuan tersebut kepada pencinta blog PAY St. Yosep.
Walaupun kita sudah bergabung dengan gereja katolik cukup lama bahkan sudahpun kita ikut dibaptis secara katolik yang berarti kita sudah belajar banyak mengenai tata cara dalam beribadah, namun tidak dipungkiri hal-hal yang kecil dan cukup penting tidak menjadi perhatian kita semua. Juga ada yang telah dibaptis sejak bayi, tetapi waktu akan menerima sakramen Ekaristi yang pertama (Komuni pertama) pasti melalui proses pembelajaran mengenal seluk beluk cara beribadah yang benar.
Maka pada kesempatan yang baik telah dibahas dalam pertemuan tersebut mengenai macam-macam Gerakan dan Bahasa Badan dalam Liturgi:
1.   Berjalan. Merupakan gerakan manusia yang amat elementer. Namun berjalan dalam liturgi tidak asal berjalan, tetapi berjalan dengan ritmis dan teratur, dengan badan tegak dan kepala tegak, tenang dan agung sebagai ungkapan manusia yang bertabat dan berwibawa. ( Ini khususnya berlaku bagi Imam dan petugas-petugas lainnya yang mengikuti perarakan bersama imam menuju ke altar ).
2.  Berdiri. Simbol liturgi yang mengungkapkan  perhatian, kepedulian, penghormatan dan kesiap-sediaan terhadap kehadiran Tuhan. Itu dilakukan misalnya untuk menghormati ketika para petugas liturgi masuk menuju altar, mendengarkan Injil, mendoakan Syahadat, Bapa Kami dan juga para petugas liturgi meninggalkan altar. Berdiri tidak juga asal berdiri melainkan harus berdiri dengan sikap tegap, hormat, tidak bersandar, tidak melipat tangan.
3.     Duduk. Dipandang sebagai sikap tenang melambangkan kesiap-sediaan untuk mendengarkan sabda Tuhan.
4.    Berlutut dan membungkuk. Melambangkan sikap merendahkan diri dihadapan Tuhan dalam menghormati, dan mengungkapkan rasa tobat yang mendalam. Yang dimaksud berlutut di sini adalah dengan kedua lutut berada pada alasnya. Berlutut dengan satu lutut sebelum kita menuju ketempat duduk, biasanya kita berlutut di samping bangku yang akan kita tempati, banyak orang melakukan hanya asal lutut menekuk sedikit, hal ini adalah hal yang salah maka bagi yang melakukan hal tersebut mulai sekarang bisa melakukan dengan benar, yaitu lutut yang kita tekuk harus benar-benar menyentuh ke lantai.
5.   Meniarap (Prostratio ). Merupakan ungkapan penghormatan dan perendahan diri yang paling intensif, dilakukan pada tahbisan, kaul kekal dan pada awal liturgi juma’at suci. Ini dilakukan khusus bagi calon imam dan imam dan tidak dilakukan oleh seluruh umat.
6.     Tangan terkatup, terangkat dan terentang. Itu melambangkan perjumpaan antara Allah dan manusia, sikap hormat, permohonan dan penyerahan diri kepada Allah. Biasa dilakukan oleh pemimpin liturgi. Jadi pada waktu doa Bapa kami di dalam Misa umat merentangkan tangan merupakan sikap yang kurang benar, diharapkan sikap umat tetap dengan tangan terkatup seperti pada waktu berbaris menyambut komuni.
7.     Penumpangan Tangan. Ungkapan permohonan dan pencurahan Roh Kudus dan berkat dari pemimpin liturgi.
8.   Tanda Salib dan Berkat. Dilakukan untuk mengenang baptisannya menjadi milik Kristus. Dan berkat untuk menunjuk pelimpahan kuasa dan daya Allah yang menyelamatkan kepada umat dan benda. Berapa kali umat harus membuat tanda salib selama misa berlangsung?  3 (tiga) kali yaitu 1. Pada awal misa akan di mulai. 2. Saat Injil akan di bacakan dengan membuat tanda Salib di dahi, mulut dan dada dan 3. Pada berkat di akhir misa. Selain itu tidak di haruskan, alasannya setiap doa-doa yang kita ucapkan di dalam misa berlangsung telah di tandai dengan tanda salib pada awal misa akan di mulai dan nanti di tutup bersama berkat penutup.
9.    Menepuk dada. Merupakan ungkapan penyesalan diri dan pengakuan bahwa dirinya bersalah dan berdosa, sebagai pengakuan ketidak pantasan kita dihadapan Tuhan. Menepuk dada selama misa berlangsung hanya dilakukan pada saat Tobat saja, dan dikesempatan yang lain tidak merupakan keharusan seperti di saat Anak Domba Allah dan saat doa Ya Tuhan saya tak pantas Tuhan datang pada saya tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh’.
10. Ciuman. Menunjukkan sikap penghormatan dan ikatan persaudarran yang erat dan akrab. Kini sering diganti dengan berpelukan atau jabatan tangan sesuai dengan budaya dan zaman jemaat yang bersangkutan.
11.  Pembasuhan tangan atau kaki. Ungkapan permohonan kita, agar Allah mau mengampuni dosa-dosa kita dan membersihkan kesalahan kita.

Catatan yang perlu di perhatikan:
1.       Hosti yang kita sambut hendaknya jangan dikunyah, melainkan di telan saja setelah lembek bercampur air liur. Kalau dikunyak dikawatirkan akan menempel digigi dan tidak tertelan.
2.       Pada saat Misdinar mendupai umat, diharapkan umat berdiri sebagai tanda hormat.

Informasi ini di sampaikan oleh Romo Ignatius Wignyo Sumarto MSF