Dalam Pertemuan awal tahun 2014 yang dilaksanakan pada
tanggal 14 Februari 2014, di bahas masalah dengan judul “Melalui
Liturgi Kristus melanjutkan karya keselamatan-Nya”
Melalui media ini kami ingin
berbagi apa yang kami peroleh dalam pertemuan tersebut kepada pencinta blog PAY
St. Yosep.
Walaupun kita sudah bergabung
dengan gereja katolik cukup lama bahkan sudahpun kita ikut dibaptis secara
katolik yang berarti kita sudah belajar banyak mengenai tata cara dalam
beribadah, namun tidak dipungkiri hal-hal yang kecil dan cukup penting tidak
menjadi perhatian kita semua. Juga ada yang telah dibaptis sejak bayi, tetapi
waktu akan menerima sakramen Ekaristi yang pertama (Komuni pertama) pasti
melalui proses pembelajaran mengenal seluk beluk cara beribadah yang benar.
Maka pada kesempatan yang baik
telah dibahas dalam pertemuan tersebut mengenai macam-macam Gerakan dan Bahasa
Badan dalam Liturgi:
1. Berjalan. Merupakan gerakan manusia
yang amat elementer. Namun berjalan dalam liturgi tidak asal berjalan, tetapi
berjalan dengan ritmis dan teratur, dengan badan tegak dan kepala tegak, tenang
dan agung sebagai ungkapan manusia yang bertabat dan berwibawa. ( Ini khususnya
berlaku bagi Imam dan petugas-petugas lainnya yang mengikuti perarakan bersama
imam menuju ke altar ).
2. Berdiri. Simbol liturgi yang
mengungkapkan perhatian, kepedulian, penghormatan dan kesiap-sediaan terhadap
kehadiran Tuhan. Itu dilakukan misalnya untuk menghormati ketika para petugas
liturgi masuk menuju altar, mendengarkan Injil, mendoakan Syahadat, Bapa Kami
dan juga para petugas liturgi meninggalkan altar. Berdiri tidak juga asal
berdiri melainkan harus berdiri dengan sikap tegap, hormat, tidak bersandar,
tidak melipat tangan.
3. Duduk. Dipandang sebagai sikap tenang
melambangkan kesiap-sediaan untuk mendengarkan sabda Tuhan.
4. Berlutut dan membungkuk. Melambangkan
sikap merendahkan diri dihadapan Tuhan dalam menghormati, dan mengungkapkan
rasa tobat yang mendalam. Yang dimaksud berlutut di sini adalah dengan kedua
lutut berada pada alasnya. Berlutut dengan satu lutut sebelum kita menuju
ketempat duduk, biasanya kita berlutut di samping bangku yang akan kita
tempati, banyak orang melakukan hanya asal lutut menekuk sedikit, hal ini
adalah hal yang salah maka bagi yang melakukan hal tersebut mulai sekarang bisa
melakukan dengan benar, yaitu lutut yang kita tekuk harus benar-benar menyentuh
ke lantai.
5. Meniarap (Prostratio ). Merupakan
ungkapan penghormatan dan perendahan diri yang paling intensif, dilakukan pada
tahbisan, kaul kekal dan pada awal liturgi juma’at suci. Ini dilakukan khusus
bagi calon imam dan imam dan tidak dilakukan oleh seluruh umat.
6. Tangan terkatup, terangkat dan terentang.
Itu melambangkan perjumpaan antara Allah dan manusia, sikap hormat, permohonan
dan penyerahan diri kepada Allah. Biasa dilakukan oleh pemimpin liturgi. Jadi
pada waktu doa Bapa kami di dalam Misa umat merentangkan tangan merupakan sikap
yang kurang benar, diharapkan sikap umat tetap dengan tangan terkatup seperti
pada waktu berbaris menyambut komuni.
7. Penumpangan Tangan. Ungkapan permohonan
dan pencurahan Roh Kudus dan berkat dari pemimpin liturgi.
8. Tanda Salib dan Berkat. Dilakukan untuk
mengenang baptisannya menjadi milik Kristus. Dan berkat untuk menunjuk
pelimpahan kuasa dan daya Allah yang menyelamatkan kepada umat dan benda.
Berapa kali umat harus membuat tanda salib selama misa berlangsung? 3 (tiga) kali yaitu 1. Pada awal misa akan di
mulai. 2. Saat Injil akan di bacakan dengan membuat tanda Salib di dahi, mulut
dan dada dan 3. Pada berkat di akhir misa. Selain itu tidak di haruskan, alasannya
setiap doa-doa yang kita ucapkan di dalam misa berlangsung telah di tandai
dengan tanda salib pada awal misa akan di mulai dan nanti di tutup bersama
berkat penutup.
9. Menepuk
dada. Merupakan ungkapan penyesalan diri dan pengakuan bahwa dirinya
bersalah dan berdosa, sebagai pengakuan ketidak pantasan kita dihadapan Tuhan.
Menepuk dada selama misa berlangsung hanya dilakukan pada saat Tobat saja, dan
dikesempatan yang lain tidak merupakan keharusan seperti di saat Anak Domba
Allah dan saat doa ‘Ya Tuhan saya tak pantas Tuhan datang pada saya tetapi bersabdalah saja
maka saya akan sembuh’.
10. Ciuman.
Menunjukkan sikap penghormatan dan ikatan persaudarran yang erat dan akrab.
Kini sering diganti dengan berpelukan atau jabatan tangan sesuai dengan budaya
dan zaman jemaat yang bersangkutan.
11. Pembasuhan
tangan atau kaki. Ungkapan permohonan kita, agar Allah mau mengampuni
dosa-dosa kita dan membersihkan kesalahan kita.
Catatan yang perlu di perhatikan:
1. Hosti
yang kita sambut hendaknya jangan dikunyah, melainkan di telan saja setelah
lembek bercampur air liur. Kalau dikunyak dikawatirkan akan menempel digigi dan
tidak tertelan.
2. Pada
saat Misdinar mendupai umat, diharapkan umat berdiri sebagai tanda hormat.
Informasi ini di sampaikan oleh
Romo Ignatius Wignyo Sumarto MSF